Terkadang terdengar suara sumbang sepeti ini : jika kita orang tidak benar dan di sekitar kita orang benar maka kita akan sulit untuk survive, jadi mau gak mau harus jadi orang benar biar survive. Kalau yang seperti ini okelah. Jadi orang baik ceritanya kan. Tapi kalau sebaliknya : jika kita orang benar dan di sekitar kita orang yang tidak benar, untuk survive apakah kita harus jadi orang yang tidak benar. Ohh NO!
Coba perhatikan ikan yang hidup di air asin, akan tetapi dia (ikan) gak pernah menjadi asin (pelajaran yang bisa diambil). Maka jika disekitar kita banyak orang yang tidak benar dan kita orang benar (gak buruk-buruk kalilah) kita harus membuat orang disekitar kita menjadi orang yang benar. Dan .... dalam hal ini kita harus menjadi garam, kenapa garam? Iya, karena garam yang hanya 3% dari air laut tapi dia (garam) bisa membuat seluruh air laut menjadi asin (pelajaran yang bisa diambil), tapi jangan jadi telur asin yang bila diberi garam dia akan asin (pelajaran yang tidak bisa diambil).
Senarnya hakikat nurani insan (manusia) itu adalah menjadi baik dan benar. Buktinya gak ada orang yang merasa senang atau pun lega setelah melakukan kesalahan. Misal : seseorang setelah membunuh orang lain dia pasti merasa menyesal dan kecewa, kenapa? Karena ketika dia membunuh itu dia di bawah pengaruh iblis. Setelah dia selesai membunuh pengaruh dari iblis itu sudah gak ada lagi, makanya menyesal.
Jadi, menjadi orang benar itu adalah nurani dari setiap orang. Kembali lagi ke cerita di atas bila disekitar kita banyak orang yang tidak benar sementara kita orang yang benar jangan pernah mengikuti arus dan ikut menjadi tidak benar, tapi buat dan ajak orang yang tidak benar tersebut menjadi benar. Karena nurani setiap orang itu adalah menjadi benar.
Karena sekali satu maka akan tetap satu, jangan pernah merubah itu. Sahalat 5 waktu sehari tetap 5 waktu, jangan merubah itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar