Kriteria
bibit yang baik antara lain bewarna hijau kebiruan atau hijau gelap, penampilan
fisik kekar dan keras, serta tampak tua. Ukuran yang ideal untuk bibit setek
batang adalah 50 – 80 cm dengan diameter batang mencapai 8 cm. ukuran ideal
bibit setek bantang adalah panjang 20 – 30 cm dan diameter 4 – 5 cm. Dengan
bibit demikian maka tanaman akan mulai belajar berbuah pada umur 8 – 10 bulan. Untuk
bibit asal biji dapat dipindahkan ke lahan saat berukuran 10 cm. Penanaman
bibit asal biji ini dengan bantuan ajir untuk menopang percabangan baru. Bibit-bibit
yang dipilih harus tampak sehat dan bebas dari hama penyakit. Bibit demikian
tampak dari bentuk fisik, keseragaman pertumbuhan, dan warna (Kristanto,
Daneil. 2009. Buah Naga Pembudidayaan di Pot dan di Kebun. Penebar Swadaya,
Jakarta.)
Untuk
penanaman skala luas, dibutuhkan sekitar 6.000 – 10.000 pohon/ ha, tergantung
sistem penanamannya. Jika menggunakan sistem tunggal (setiap satu tiang
panjatan terdiri dari 4 bibit) maka dibutuhkan bibit sekitar 6.400 – 10.000 pohon,
tergantung jarak tanam. Sementara jika menggunakan sistem penanaman double rowing (penanaman sistem
berkelompok) maka dibutuhkan sekitar 10.400 bibit. Oleh karena itu, perlu
dilakukan perbanyakan bibit secara intensif. Selain membeli bibit di toko-toko
pertanian, bibit buah naga juga dapat diperoleh dengan cara perbanyakan secara
biji (generatif) dan setek batang (vegetatif) (Hardjadinata, Sinatra. 2010.
Budi Daya Buah Naga Super Red Secara
Organik. Penebar Swadaya, Jakarta)
Budidaya
tanaman buah naga di perkarangan sebaiknya dilengkapi dengan lampu taman ukuran
besar hingga 100 watt. Lampu ini tidak dinyalakan sepanjang malam, cukup 2 – 4 jam
setelah matahari tenggelam. Lampu taman ini akan merangsang pembentukan bunga
pada tanaman buah naga. Selain lampu, disarankan pemeliharaan lebah madu
berdampingan dengan penanaman buah naga. Serangga ini akan membantu penyerbukan
tanaman buah naga yang hampir tidak memungkinkan untuk melakukan penyerbukan
sendiri karena serbuk sarinya lengket dan berat. Angin dan hujan seringkali
tidak dapat menghantarkan serbuk sari ke putik agar terjadi penyerbukan
(Warisno dan Kres Dahana. 2008. Buku Pintar Bertanam Buah Naga di Kebun,
Perkarangan, dan dalam Pot. Gramedia, Jakarta.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar