Histologi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur jaringan secara detail menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis, salah satu dari cabang-cabang biologi. Histologi dapat juga disebut sebagai ilmu anatomi mikroskopis.
Histologi amat berguna dalam mempelajari fungsi fisiologi sel-sel dalam tubuh, baik manusia, hewan, serta tumbuhan, dan dalam bentuk histopatologi
ia berguna dalam penegakan diagnosis penyakit yang melibatkan perubahan
fungsi fisiologi dan deformasi organ. Sebagai contoh, di bidang kedokteran, kehadiran tumor memerlukan hasil pemeriksaan contoh (sampel) jaringan. Di bidang pertanian, pemeriksaan kondisi jaringan pengangkut dapat mendukung diagnosis serangan hawar daun tembakau.
Pembuatan sediaan (preparat)
Histologi sangat menggantungkan diri pada penggunaan mikroskop dan teknik penyediaan contoh jaringan.
Cara pembuatan sediaan histologis disebut mikroteknik. Pembuatan sediaan dari suatu jaringan dimulai dengan operasi, biopsi, atau autopsi. Jaringan yang diambil kemudian diproses dengan fiksatif
yang akan menjaga agar sediaan tidak akan rusak (bergeser posisinya,
membusuk, atau rusak). Fiksatif yang paling umum digunakan untuk
jaringan hewan (termasuk manusia) adalah formalin (10% formaldehida yang dilarutkan dalam air). Larutan Bouin
juga dapat digunakan sebagai fiksatif alternatif meskipun hasilnya
tidak akan sebaik formalin karena akan meninggalkan bekas warna kuning
dan artefak. Artefak adalah benda yang tidak terdapat pada jaringan
asli, namun tampak pada hasil akhir sediaan. Artefak ini terbentuk
karena kurang sempurnanya pembuatan sediaan.
Sampel jaringan yang telah terfiksasi direndam dalam cairan etanol (alkohol) bertingkat untuk proses menghilangkan air dalam jaringan (dehidrasi). Selanjutnya sampel dipindahkan ke dalam toluena untuk menghilangkan alkohol (dealkoholisasi). Langkah terakhir yang dilakukan adalah memasukkan sampel jaringan ke dalam parafin
panas yang menginfiltrasi jaringan. Selama proses yang berlangsung
selama 12-16 jam ini, jaringan yang awalnya lembek akan menjadi keras
sehingga lebih mudah dipotong menggunakan mikrotom.
Pemotongan dengan mikrotom ini akan menghasilkan lapisan dengan
ketebalan 5 mikrometer. Lapisan ini kemudian diletakkan di atas kaca
objek untuk diwarnai.
Pewarnaan perlu dilakukan karena objek dengan ketebalan 5 mikrometer
akan terlihat transparan meskipun di bawah mikroskop. Pewarna yang biasa
digunakan adalah hematoxylin dan eosin. Hematoxylin akan memberi warna biru pada nukelus, sementara eosin memberi warna merah muda pada sitoplasma.
Masih terdapat berbagai zat warna lain yang biasa digunakan dalam
mikroteknik, tergantung pada jaringan yang ingin diamati. Ilmu yang
mempelajari pewarnaan jaringan disebut histokimia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar